Sebelum pada bertanya-tanya, kok judulnya kaya judul lagu? Jadi, tulisan ini sebenernya terinspirasi dari lagu Chainsmoker&Coldplay yg judulnya “Something Just Like This”. Yup “Something Just Like This” menurut saya, punya arti yang mendalam. Sama seperti tulisan saya sebelumnya mengenai kamu, pulang dan rindu. Yuk mari simak pemaparan saya.
Pertama-tama saya mau mengkaitkan “Something Just Like This” dengan filosofi sepatu. Bukan, bukan sepatu lagu dari musisi Indonesia, Tulus. Jadi, gini, kalau kamu beli sepatu, kamu pilih sepatu yang seperti apa? Apa pertimbangan kamu waktu membeli sepatu? Apakah sepatu itu kamu gunakan terus atau kamu akan membeli lagi yang baru saat kamu bosan? Kamu punya sepatu favorit? Sepatu favorit yang kamu gunakan terus menerus walau sudah usang. Apa kriteria sepatu favorit kamu itu? Ya, yaa memang agak panjang panjelasan filosofi sepatu ini. Kalau saya, saya punya sepatu favorit. Kenapa favorit? Karena sepatu tersebut menurut saya sangat nyaman untuk dipakai. Walaupun sepatu tersebut sol bawahnya sudah rusak. Sudah berusaha saya perbaiki dengan merekatkan kembali menggunakan lem serba guna. Namun, tetap saja sekarang solnya jebol lagi. Sepatu itu masih saja saya gunakan walau saya punya yang baru.
Nah, pertimbangan dan kriteria saya dalam memilih sepatu pertama kali adalah menarik bagi saya. Lalu ketika dicoba di kaki, cocok dengan kaki, baik ukuran maupun model dan warna. Semua sepatu saya punya kriteria yang sama. Tapi, tidak semua sepatu menjadi favorit, yang terus menerus digunakan kan? Model yang saya sukai cukup mudah, saya suka yang simpel, itu saja. Tidak berlebihan. Warna cocok di kaki saya. Harga pun sesuai dengan yang diinginkan. Sepatu yang sekarang menjadi favorit saya berwarna cokelat kakhi, flat shoes sih tapi menurut saya enak sekali digunakan. Kondisinya sekarang sol hampir lepas, sudah terlihat pecah-pecah pada kulit terluar sepatu, dan bernoda.
Then, hubungannya apa dengan “Something Just Like This”? Yup, I want somethis just like that old shoes but still comfortable when I wear it. That broken shoes but still support me while I’m walking in every path I took. That (already) ugly shoes (for others) but I still like it. Though I have other more beautiful shoes and sure, that shoes comfortable too, but I prefer wear that favorite shoes again and again. And the point is I want something just like this. Saya cukup dengan yang seperti itu. Belum ada kata bosan. Bukan untuk bragging atau sombong, harga sepatu favorit saya itu sangat affordable bukan sepatu mahal seperti (mungkin) perkiraan banyak orang. Sepatu favorit saya itu bukan sepatu branded yang lagi hits dipakai beberapa orang. Bukan. Bukan sepatu spesial buat orang lain. Sepatu favorit saya mungkin hanya spesial untuk saya.
Dari lirik lagu Coldplay tsb, yang “Something Just Like This”, ada kalimat yang menjadi favorit saya juga. Kalau kata Coldplay di lagu itu, “I’m not looking for somebody with superhuman gifts”. Saya tidak mencari seseorang yamg mempunyai kekuatan super. Sama seperti kriteria ketika saya membeli sepatu. Saya tidak mencari sepatu yang bisa membuat saya terbang. Ketika saya mencari “seseorang” itu, saya mencari sama seperti filosofi sepatu yang saya ceritakan. Tidak perlu yang memiliki “superhuman gifts”, kalau realitanya yang terlalu sempurna.
Jadi, sama kaya di lagu Alicia Keys, If I Ain’t Got You, “Some people want it all. But I don’t want nothing at all. If it ain’t you, baby. If I ain’t got you, baby”. Aku maunya kamu. Aku nggak butuh yang terlalu sempurna. Bukan yang sangat kaya. Bukan yang sangat pintar. Cukup kamu yang kaya kamu. Bukan orang lain. I want something just like this.
Satu lagi kalimat favorit saya di lagu “Something Just Like This”, lanjutannya yang tadi sih, “I’m not looking for somebody with some superhuman gifts. Some superheroes. Some fairy tale bliss. Just something I can turn to somebody I can miss. I want something just like this”. Biar lebih syahdu, kata saya akan diganti menjadi aku. Aku tidak mencari seseorang yang mempunyai kekuatan super, ataupun superheroes bahkan fairy tale bliss. Aku cuma mau sesuatu yang bisa jadi seseorang yang aku rindukan. Cukup yang seperti ini. Iya, cukup yang seperti itu. Seseorang yang bisa dirindukan, menjadi tujuan pulang, itu kamu.
Sekian. Enjoy filosofi ala saya hahaa.